Koperasi Serba Usaha Mahasiswa Mandiri Berbasis Islami Cimahi - Bandung, Jawa Barat. Indonesia Buka pada jam 08.00am-18.00pm
Selamat datang di Koperasi Serba Usaha Mahasiswa Mandiri. Salam sejahtera dari kami.
On 15.54 by Unknown
Metode yang paling tepat untuk meraih kesuksesan adalah dikenal dan mengenal banyak orang. Karena itu, sebagaimana yang termaktub di buku Eileen Rachman & Petrina Omar, Gaul Meraih Lebih Banyak Kesempatan, salah satu kunci sukses kita adalah “mau membuka diri untuk memasuki setiap kesempatan dan melakukan kontak dengan orang lain”.Begitu kita mau membuka diri, bergaul dengan banyak orang, dunia luas pun terbentang di depan mata. Hasilnya, bersiaplah merengkuh lebih banyak kesempatan besar!

Besarnya kesempatan itu acapkali tak terduga. Contohnya, liat nih… gambaran dari Eileen Rachman & Petrina Omar:
Contoh, seorang fotografer yang punya keterampilan yang sangat prima dan memahami teknik fotogafi tercanggih, sayangnya dia tidak menemukan alasan untuk maju. Setiap kali ditanya mengapa dia tidak membuat pameran, dia selalu meragukan tentang siapa nanti yang akan datang. Ketika dipaksa untuk membuat daftar kenalannya, dia sendiri terkejut karena orang yang dikenalnya ternyata banyak juga. Dan, ketika pameran pun digelar, dia berhasil meraup sukses; banyak permintaan foto, bahkan ada yang mengajaknya bermitra.
Dari contoh di atas, terlihat bahwa fotografer ini sesungguhnya punya banyak kenalan, tetapi tidak berusaha menghidupkannya. Hubungan pertemanan pun menjadi mubazir. Tapi, begitu ia memanfaatkannya, ia menemukan begitu banyak pintu yang mengajaknya ke dunia yang lebih luas.
That’s the power of network. Itulah keampuhan jejaring pergaulan. Itulah kekuatan gaul.
Kekuatannya tidak hanya berlaku bagi si kaya, tapi juga bagi miskin. Kalau si miskin sudah membina hubungan sedini mungkin, sejak belia, dengan banyak orang yang berposisi strategis atau yang berdaya-beli tinggi, sangat kuatlah jejaringnya.
Dengan kuatnya jejaringnya, bisa kita bayangkan betapa besar peluang suksesnya bila kemudian dia berwiraswasta seperti si fotografer tadi atau pun ambil bagian dalam bisnis yang berbasis MLM, seperti Amway, Tianshi, dll.. Kalau pun nganggur dan tak mampu berwiraswasta, lowongan pekerjaan lebih terbuka. Bagaimanapun, orang pada umumnya lebih suka mempekerjakan tenaga kerja yang sudah dikenal dengan baik daripada yang belum dikenal sama sekali.
Lawan-Jenis Pun Pintu Rezeki
Sebagian saudara kita menyangka, keampuhan jejaring sesama-jenis sudah memadai sebagai kendaraan pencapai kesuksesan. Mereka enggan menjalin hubungan dengan lawan-jenis.
Kalau membentuk kelompok belajar, mereka tidak melibatkan lawan-jenis. Pinjam catatan kuliah atau pelajaran, cukup dari sesama jenis. Buntuh bantuan apa pun, lawan-jenis tak masuk hitungan. (“Emangnya, nggak ada temen pria yang bisa dipinjami catatan?” dalih si lelaki. “Emangnya, nggak ada temen cewek yang dapat dimintai bantuan?” dalih si gadis.)
Pola pergaulan semasa remaja itu kemudian biasanya berlanjut terus. Saat cari penghasilan untuk penuhi kebutuhan hidup, mereka pun cenderung berhubungan dengan sesama jenis saja. Udah kebiasaan sih. Padahal, apakah kesempatan meraup rezeki itu datang hanya dari kenalan yang sesama-jenis?
Kisah di bawah ini mudah2an lebih nyadarin kita, kenalan lain-jenis tuh penting banget.
Dari Asma binti Abu Bakar, dia berkata: “… lalu datang kepadaku seorang lelaki yang berkata: ‘Wahai Ummu Abdullah, aku seorang laki-laki yang miskin dan aku ingin berjualan di sekitar pekarangan rumahmu ini.’ Asma berkata: ‘Kalau aku perbolehkan bagimu, mungkin Zubair [suamiku] keberatan. Karena itu, marilah ikut aku dan sampaikanlah hal ini kepadaku di muka Zubair.’ Lalu lelaki itu datang dan berkata: ‘Wahai Ummu Abdullah, aku seorang laki-laki miskin dan aku ingin berjualan di sekitar pekarangan rumahmu ini.’ Asma berkata: ‘Apakah tidak ada tempat lain selain tempatku?’ Lalu Zubair berkata: ‘Mengapa kau larang laki-laki miskin ini berjualan?’ Akhirnya lelaki itu berjualan di situ hingga dia memperoleh keuntungan.” (Shahih Muslim, jilid 7, hlm. 12)
Mungkin aja sih, si lelaki miskin minta ijin langsung di depan Zubair tanpa kenal Asma (Ummu Abdullah) lebih dulu. Tapi, kalo ini yang terjadi, bisa2 permintaannya bakal ditolak. Kenapa? Karena pada hadits tersebut tersirat, ijin itu baru diberikan setelah Zubair mengira, istrinya kurang menaruh perhatian pada si lelaki miskin. (Di kalangan shahabat, Zubair itu dikenal sebagai lelaki yang gampang cemburu, sedangkan Asma itu perempuan yang murah-hati.)
Dari hadits Asma tersebut tersirat jelas, ada kalanya pintu rezeki itu bukan dari sesama-jenis, melainkan dari lawan-jenis.
Sebab itu, kalau kita batasi pergaulan dengan sesama jenis saja, itu artinya kita tutup sebagian pintu rezeki yang disediakan Tuhan. Sebaliknya, bergaul dengan lawan-jenis itu melapangkan jalan bagi kita untuk meraup rezeki yang disediakan-Nya.
Kalau rezeki kita seret lantaran terlalu membatasi pergaulan, karir kita mandeg alias jalan di tempat gara2 kurang gaul, layakkah kita kambing-hitamkan Tuhan dengan ucapan: “Yach… emang rezeki yang ditakdirkan buatku cuman segini. Mo apalagi?”
Mo apalagi? Gaul, dong! Perbanyak kenalan, perakrab hubungan…

Sumber Gaulgayarosul.Worpress.Com