On 01.50 by Unknown
Bismillahirrahmanirrahim.Terminologi Psikologi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata psycho yang artinya jiwa,
dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian psikologi adalah
ilmu tentang jiwa. Secara istilah, ketika berbicara tentang ilmu jiwa atau
Psikologi maka seseorang akan langsung mengarah pada pemahaman "ilmu
perilaku". Banyak definisi dari para ahli yang pada intinya Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku. Yang dimaksudkan perilaku,
hampir seluruh ahli Psikologi mengarah pada kajian perilaku manusia, kecuali
madzhab behaviorisme banyak mengkaji perilaku binatang yang berbasis eksperimen
untuk kemudian menjeneralisasikan terhadap perilaku manusia.
Dalam konteks ini---dengan gaya penulisan populer, kami mencoba mengkaji
sejarah Psikologi dari sisi ideologis, yang selama ini psikologi hanya dikaji
dari aspek non-ideologis. Berdasarkan kajian ideologis maka Psikologi
dapat terbagi menjadi dua, yakni Psikologi Islam dan Psikologi Barat.
Sementara itu, Psikologi Barat masih bisa dibagi menjadi dua yakni basis
kapitalisme dan basis sosialisme komunisme. Kiranya cara pandang demikian
menjadi sangat menarik. Sebab jika dicermati, Psikologi dengan bebagai ideologi
memiliki karakteristik masing-masing dan semuanya memiliki basis ideologi yang
memancarkan pemikiran dan solusi kehidupan.
Untuk menuju diskusi yang menarik, kami perlu mengadopsi sebuah definisi
ideologi atau mabda’ sebagai “fikrul kulliyat tanbatsiqu ‘anhan nidzam,
yakni pemikiran menyeluruh yang terpancar dari padanya peraturan kehidupan”
(Taqiyyuddin An Nabhani dalam kitab An Nidzamul Islam).
Sementara itu, ideologi Islam adalah sistem (seluruh aspek) kehidupan
yang terbangun berdasarkan ajaran Islam (Al Qur’an dan Al Hadits) secara
total. Ideologi ini bersifat totalitas dan kaaffah, tidak
memisahkan antara agama dan kehidupan dunia sekecil apapun sejak dari
sistem ketatanegaraan, hukum, politik, sosial, budaya, pendidikan,
pertahanan dan keamanan, dan sub-sistem lainya.
Ideologi kapitalisme (raksumaliyah) adalah sistem kehidupan yang
dibangun dari bentuk sekularistik, yakni memisahkan antara urusan agama dan
sistem kehidupan (fashluddin ‘anil hayah). Dalam ideologi ini
masih mempercayai akan adanya Tuhan, namun hanya sebatas urusan agama, seremonial.
Sementara dalam sistem kehidupan dunia, termasuk perilaku politik, dst. Tuhan
diharamkan untuk ikut terlibat di dalamnya. Seluruh sistem kehidupan dirumuskan
oleh sekumpulan manusia (baca legslatif) dengan berbagai latar
belakangnya. Tuhan pencipta manusia, alam, dan kehidupan ini hanya diberi ruang
yang kecil mungil dan sempit yakni aturan ritual-ibadah. Sementara itu,
ideologi sosialisme komunisme (isytirakiyyah-syuyu’iyyah) merupakan
sistem kehidupan yang dibangun berdasarkan realitas dunia semata tanpa meyakini
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam, manusia dan kehidupan.
Berdasarkan kaidah tersebut maka Psikologi Islam dapat difahami sebagai sebuah
disiplin ilmu tentang perilaku manusia yang berbasis ideologi Islam. Psikologi
Barat kapitalisme merupakan disiplin ilmu perilaku yang didasarkan atas prinsip
dasar pemisahan antara agama dan kehidupan. Sedangkan Psikologi Barat
Sosialisme Komunisme difahami sebagai disiplin ilmu perilaku yang didasari oleh
sistem kehidupan tanpa berketuhanan (atheism).
Psikologi Islam
Disebabkan kajian psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, maka
justru Psikologi Islam jauh berusia lebih tua dari Psikologi Barat. Hal ini
kami bangun dengan berbagai argument. Pertama, Islam, dengan Al Qur’an
dan Al Hadits-nya merupakan standar keyakinan dan perilaku (aqidah dan
syari’ah) untuk seluruh aspek kehidupan manusia. Jika dicermati,
ribuan ayat Al Qur’an merupakan pesan-pesan perilaku. Demikian pula dengan
ratusan ribu Hadits berisi tentang standar perilaku. Hal ini didukung
dengan ayat yang menyatakan bahwa “wahai orang yang beriman masuklah kalian
ke dalam Islam secara kaaffah/menyeluruh…”(TQS.2:208). Demikian halnya
terdapat hadits yang artinya : “aku tinggalkan untuk kalian dua perkara,
jika kalian berpegang teguh dengan keduanya maka selama-lamanya tidak akan
pernah tersesat, kedua hal itu adalah Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Al
Hadits) Rasul”.
Dari sampel ayat dan hadits tersebut dengan tegas menyerukan kaum
muslimin untuk menyandarkan atau merefer seluruh aspek kehidupanya
dengan Al Qur’an dan As Sunnah, tanpa reserve sedikitpun walaupun
sejengkal langkah semut. Tentu saja, terdapat jaminan mutu atau guarantee
dari Allah Swt, yakni siapa saja yang dalam kehidupanya secara all in
mengimplementasikan standar tersebut akan diperoleh kehidupan yang bahagia,
aman, tenteram dan selamat dunia hingga akherat.
Kedua, konsepsi Psikologi Islam pada zaman Rasul Saw dan sahabat sudah
sempurna hingga tataran implementasi. Perilaku Rasul Muhammad Saw adalah basis
sebuah wahyu dari Allah Swt sehingga mencapai kesempurnaan. Bahkan ketika
‘Aisyah ditanya tentang sikap akhlak Rasul Saw, maka dijawab “kaana
khuluquhul Qur’an, yakni akhlak Rasul Saw adalah Al Qur’an”. Demikian pula
bagaimana kepribadian dan perilaku para Sahabat-sahabat kabir, tidak lain
merupakan implementasi perilaku Al Qu’an dan Al Hadits.
Hanya saja seluruh sistem perilaku pada era tersebut merupakan tahap turunya
konsepsi dan implementasi yang belum terdapat kajian dan verifikasi sebagaimana
pada zamanya berikutnya disebut fenomena Psikologi. Kiranya hal ini wajar.
Sebab perkembangan cabang ilmu dalam Islam adalah bertahap. Sejarah
mengukir bahwa pada saat Kenabian, para sahabat hanya diperintahkan menulis dan
menghafalkan Al Qur’an yang diwahyukan secara berangsur. Pada saat tersebut,
sahabat dilarang menuliskan Al Hadits kecuali menghafalkanya. Hal ini
berdasarkan hadits yang artinya “wa man kataba ‘anni ghairal Qur’ani
falyamkhuhu…, yakni barang siapa menulis dariku selain Qur’an maka
hapuskanlah…”.
Periode berikutnya, setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, maka puluhan tahun
kemudian para sahabat dan tabi’in menuliskan hadits yang telah dihafal dan
tersebar di tengah kaum muslimin yang sholeh dan taqwa. dst.dst. Mulailah
disiplin keilmuan Islam yang masuk dalam ketegori Tsaqafah Islam muncul
secara berkesinambungan, antara lain ‘ulumul Qur’an (ilmu Al Qur’an),
ilmu hadits (mustholah hadits), ilmu kalam (ketauhidan, teologi),
ilmu fiqih, ilmu ‘ushul fiqih (formulasi fiqih), ilmu ‘alat-al lughah,
ilmu balaghah dan mantiq, ilmu tafasirul Qur’an, ilmu qiroatul Qur’an-termasuk
qiratus-sab’ahnya, ilmu tasawuf, dst.dst.
Selanjutnya, untuk memberikan wawasan yang lebih luas maka berikut kami
sampaikan perkembangan tsaqafah Islam hingga science & technology
dan psikologi Islam. Uraian ini sebagian kami kutip dari makalah
Rahma Qomariyah. Uraian ini pula sebagai cuplikan era keemasan Islam yakni masa
kekhilafahan Islam yang terbentang sejak sepeninggal Rasul Muhammad Saw hingga
detik-detik dihancurkanya kekhilafahan tersebut oleh Inggeris melalui agenya
Mustafa Kemal Attatruk pada tanggal 3 maret 1924. Babak pertama perkembangan
tsaqafah Islam adalah munculnya ulama hadits, fiqih dan tafasir Qur’an yang
demikian sangat waraknya. Sederetan ilmuwan muslim antara lain sebagai berikut.
1.
Abu ’Abdullah Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari). 194 H-256 H. Ahli Hadits,
karyanya Al Jami’us Shaheh, yang lebih terkenal dengan Shaheh Bukhari .Imam
Bukhari meneliti 300.000 hadits, yang diriwayatkan 1000 orang dan hadits yang
dipilih hanya yang shaheh yaitu 7.275.
2.
Ibn Rusyd/Averroes (W.1128). Pakar fikih, filsafat, Psikologi & kedokteran,
karyanya dalam bidang fikih: Bidayatu al Mujtahid Wa Nihayatu al Muqtashid;
Fashlu al Maqal fi ma baina al hikmah wa asy syari’ah min al ittishal;
Mukhtashar kitab ”al mustashfa” li al Ghazali; syarah aqidah al imam mahdi; adh
dharuri fi an Nahwi; kitab al kulliyah; al jawamik fi al falsafah; Sarah
maqalah al Iskandar fi al aqli.
3.
Imam Syafi’I (150 H-204 H). Ahli Fikih, hafal al Qur’an umur 7 tahun,karyanya:
Ar Risalah Al Qadimah(Kitab al Hujjah), Ar Risalah Al Jadidah, Ikhtilaf al
Hadits, Ibthal Al Istihsan, Ahkam al-Qur’an, Bayadh Al Fardh, Sifat Al Amr wa
Nahyi, Ikhtilaf al Malik wa Syafi’i, Ikhtilaf al Iraqiyin, Ikhtilaf Muhammad
bin Husain, Fadha’il al Quraisy, Kitab As Sunan, Kitab al Umm.
4.
Imam Muslim. Karyanya Shaheh Muslim,
5.
Imam Hambali (164 H-241 H). Ahli Hadits dan Fikih, Karyanya: Musnad Ahmad
Hambali, beliau memeriksa 750.000 hadits dan beliau memilih yang Shaheh 40.000.
6.
Imam Malik bin Anas (93-179 H). Ahli Fikih, karyanya Al Muwaththa’
7.
Imam Abu Hanifah(80-150 H). Ahli Fiqih, karyanya Al Musuan(kitab Hadits,
dikumpulkan oleh muridnya),Al Makharij(Buku ini dinisbahkan kepada Abu Hanifah,
diriwayatkan oleh Abu Yusuf), Fiqih Akbar (kitab Fikih yang lengkap).
8.
Ahmad Muhammad Al Isfayini (406H/ 1030 M) Ahli Fiqih, karyanya:Kitab Ushul Al
Fiqih
9.
Ibrahim Ali Firuzabadi. Ahli Fiqih, karyanya: Al Luma fi Ushul Al Fiqih, At
Tashirah fi Ushul Al Fiqih.
10. Imam al Haramayn Al
Juwayni (478 H). Ahli Fiqih, karyanya: Al Burhan fi Ushul Al Fiqih, Al Tuhfah
fi Ushul Fiqih, Al Waraqat
11. Abu Hamid Al
Ghazali/Imam Ghazali (505 H). Ahli Fiqih, karyanya: Tahdzib Al Ushul, Al Mankul
mim Ilm Al Ushul, Al Mustahfa min Ilm al Ushul, Ihya’ Ulumuddin, kitab al
iqtishad fi al i’tiqad; kitab jawahir al Qur’an; mizan al amal; al Maksud al
asna fi al ma’ani asma’u Allah al husna; Hujjah al Haq; Mufashshahu al khilaf
fi ushuli ad din ;Minhaj al abidin; kitab maqashid;bidayah al hidayah; al
arba’in fi ushul ad din; nasshihah al muluk; kitab al intishar; talbisu iblis;
itsbat an nadhru dll.
12. Abu Bakar Muhammad
Al Baqillani (403H/1012 M). Ahli Fiqih, karyanya: Al Taqrib min Ushul Fiqih dan
Al Muqni’ fi Ushul Al Fiqih.
13. Abdul Wahab Ali al
Baghdadi (421H/1030). Ahli Fiqih, karyanya: Al Ifadhah fi Ushul Al Fiqih.
14. Ibnu Abbas. Ahli
Tafsir, karyanya: Tafsir Ibnu Abas.
15. Ali bin Hazm
(456H/1063M). Ahli Fiqih, Kritikus Injil termashur dan pembanding agama di
Cordoba, karyanya Al Ihkam fi Ushul Al Ahkam.
16. Al Hasan bin Hamid
Al Baghdadi (403H/1012M). Ahli Fiqih, karyanya:Kitab Ushul Al Fiqih.
17. Al Qadhi Abdul
Jabbar (415H/1044M). Ahli Fiqih, karyanya: Al Mughni, Al Ikhtilafi Fi Ushul
Fiqih, Ushul Fiqih, Al Amad, Majmuk al Ahd dan An Nihayah.
18. Muhammad Ali Al
Bashri (436H/1044M). Ahli Fiqih, karyanya: Al Mu’tamad fi Ushul Al Fiqih.
19. Abu Bakar Al
Sarakhsi (490H/1096M). Ahli Fiqih, karyanya:Ushul Al Fiqih.
20. Ali Muhammad Al
Baidhawi (482H/1089M). Ahli Fiqih, karyanya: Kanz Al Wushul ila Ma’rifah Al
Ushul.
21. Abdullah Umar Ad
Dabbusi (430H/1038). Ahli Fiqih, karyanya: Taqwim Al Adillah Fi Ushul Al Fiqih
asrar Al Ushul Wa Al Furu’.
22. Ahmad Husain Al
Baihaqi (458H/1065M). Ahli Fiqih, karyanya: Al Yanabi fi Al Ushul.
23. Abu Ya’la Al Farra
(458H/1065M). Ahli Fiqih, karyanya: Al Uddah fi Ushul Al Fiqih, Al Umdah
fi Ushul Al Fiqih dan Al Kifayah fi Ushul Al Fiqih.
24. Imam Tirmidzi
(279H/892M). Ahli Hadits, karyanya:al Jamik ash Shaheh.
25. Abu Dawud
(257H/888M). Ahli Hadits, karyanya: Kitab Hadits Sunan Abu Dawud.
26. Imam Nasa’i
(303H/915). Ahli Hadits, kitab Hadits Sunan Nasa’i.
27. Ibnu Majah
(273H/886). Sunan Ibnu majah
28. Ibnu Katsir. Ahli
Tafsir, karyanya Tafsir Ibnu Katsir
29. Abdullah bin
Qutaibah (276/889). Ahli Hadit, karyanya: Ta’wil Mukhtalaf Al Hadits.
30. Ibnu Hisyam (
w.213H). Ahli Shirah, karyanya Shirah Ibnu Hisyam.
31. Al Jauzi (597/1290).
Ahli Hadits, karyanya Al Tahqiq fi Ahadits Al Khilaf
Perkembangan berikutnya muncul dan
berkembangnya ilmu dan ilmuwan di lingkungan science dan teknologi
antara lain sebagai berikut.
1.
Al Maqdisi (W.493/1101). Pakar geografi, orang pertama yang menciptakan peta
dalam warna alamiyah.
2.
Khalaf bin Abbas Al Zahrawi (W.414/1013). Pakar kedokteran, ahli bedah.
Karyanya: Tashrif liman ‘Ajiza Al Ta’lif, buku tentang pembedahahan yang
menguraikan lebih dari 200 gambar alat-alat bedah & caranya.Dialah
penemu metode untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu dalam ginjal atau
kandung kemih.
3.
Jabir Ibn Haiyan/ Geber (W.193/808 ). Pakar kimia, dia menulis 200 buku, 80
buku diantaranya di bidang kimia. Dia yang mencipatakan skala timbangan akurat
dapat menimbang benda yang beratnya 6.480 kali lebih kecil dibanding rathl
(kira-kira 1 kg). Dialah yang mendefinisikan senyawa kimia.
4.
Abu Al Qasim Abdullah bin Khurdadzbih (W.300/912). Pakar geografi, membuat peta
lengkap dan uraian tentang rute-rute perdagangan dunia Islam, karyanya: Al
Masalik wal Mamalik.
5.
Al Khawarizmi/Algorizm (W.780). Pakar matematika, geografi & astronomi. Dia
yang memperbaiki tabel ptolomeus dan menemukan ilmu Hitung: Al jabar dan
menemukan konsep angka nol (shifr) yang menunjukkan kosong. Dia orang pertama
yang menciptakan geografi bumi. Pada masa Khalifah Al Makmun, beliau membuat
observatorium di Baghdad, menyusun ”Tabel Makmun yang telah diverifikasi”.
Tabel sangat berguna untuk menentukan posisi secara tepat melalui
penentuan garis lintang dan garis bujur. Posisi-posisi bintang bisa ditentukan
secara akurat yang sangat berguna bagi sebuah Kapal yang berlayar. Al
Khawarizmi juga mengembangkan aritmatika menjadi lansan Aritmatika, disebut
”Sekumpulan perintah logis dan runtut-algoritma”--yang tanpa itu dunia komputer
dan informatika tidak akan bisa berjalan.
6.
Yahya (W.796). Pakar astronomi Khalifah dan ketua Akademi Ilmu
Pengetahuan (Baitul Hikmah) yang didirikan Khalifah al Manshur.
7.
Al Kajilah. Pakar Astronomi yang menemukan angka pecahan desimal.
8.
Ris Beiry. Komandan pasukan Laut Khilafah Ustmani, pakar geografi, pioner
pembuat peta: membuat peta Benua Amerika secara rinci dan menulis bahwa benua
Amerika sudah ditemukan tahun 1465 M & Antartika 27 tahun sebelum Amerika
ditemukan oleh Christoper Columbus (1451-1506 M).[1]h.666.
9.
Al Kindi/ Al Kindus (W.800). Pakar falsafah, Psikologi, fisika & optik,
Mengarang buku Risalah fi Hudud Al Asysy’ wa Rusumiha, merupakan risalah
pertama dalam epistemologi &Logika.
10. Ahmad. Menemukan
tehnik peralatan otomatis yang penuh makna, diuraikan dalam bukunya yang tebal
tentang ”Konstruksi Penuh Makna”. Hasilnya alat pengisi bejana otomatis; bejana
untuk mengukur berat jenis; sebuah alarm yang dipakai pengairan jika airnya
penuh, alarm berbunyi; jam raksasa.
11. As Syarif Al Idrisi
(W.562/1166). Pakar geografi, membuat bola dunia yang pertama kali
diciptakan.terbuat dari bola perak seberat 400 rotol (sekitar 400 kilogram)
Diatasnya ada tujuh benua, danau, sungai, kota & rute,gunung dan rute
perdagangan. Serta memberi keterang tentang jarak, tinggi dan panjang
masing-masing.
12. Tsabit Ibn
Qurrah/Thebit (W.836). Pakar astronomi &mesin, Mengemukakan teoti bilangan tak
terbatas yang merupakan rangkaian dari bilangan tak terbatas lainnya.
13. ‘Izz Al Din Al
Jaldaki (W.762/1360). Pakar kimia, dia mengungkapkan bahwa gas berbahaya yang
keluar dari reaksi kimia bisa dihindari dengan menggunakan masker.
14. Abu Bakar M Ar Razi
(W.932 M). Pakar kedokteran, musik & ahli Ilmu Jiwa, mengarang buku: Athibb
Al Ruhani, dialah orang pertama yang memanfaatkan musik untuk menyembuhkan
pasien.
15. Al Farabi/Al
Pharabius (W.870). Pakar falsafah, Psikologi, logika, sosiologi, sains
& musik. Kesibukannya dengan teori musik, akord dan interval membawanya ke
ide Logaritma.
16. Ibn Al Haitham/
Alhazen (W.965). Pakar fisika, matematika & optic, Pendiri ilmu optic yang
memadukan metode matematis & prinsip fisika. KaryanyaAl Manazhir (dunia
Visual).
17. Abu Raihan al Biruni
(W.973). Pakar astronomi & matematika.
18. Ibnu Sina/Avecenna
(908-1037). Pakar kedokteran, filsafat, psikologi, astronomi & matematika.
Dia mengungkapkan problem besaran yang tidak terhingga kecil, baik dalam agama,
fisika & matematika. Suatu hal yang pada abad 17 mengantarkan Newton &
Leibniz pada Infinitesimal dan kemudian membentuk Ilmu Kalkulus. Karyanya Al
Qonun fi Al Thibb, menjadi buku rujukan utama bidang kedokteran selama 700
tahun.
19. Al Zarqali/ Arzachel
(W.1029). Pakar Astronomi dan pememu astrolabe.
20. Omar Al Khayyam
(W.1044). Pakar matematika & penyair.
21. Abdul Rahman al
Khazin (W.1155). Pakar astronomi
Pada akhirnya, sampailah kami menyampaikan sampel beberapa pakar Islam yang
secara instens mengkaji, menverifikasi dan mengembangkan ranah Psikologi
(‘ilmu an nufus). Mereka antara lain sebagai berikut.
1.
Ibn Rusyd 520 H / 1126 M. Beliau memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al Tusi Al Ghazali. Di dunia barat sering disebut dengan nama Algazel.
Terlahir di kampung Ghazalah, kota Tus di daerah Khurasan yang saat ini di
daerah Iran. Hidup di era Daulah Khilafah Abbasiyah, beliau ahli dalam berbagai
tsaqafah antara lain sejak dari ilmu fiqih, ushul fiqih hingga tasawuf dan
psikologi. Dalam ranah Psikologi, justru banyak sekali ilmuwan saat ini yang
mengambil referensi dari pemikiran Al Ghazali ini. Jika disimpulkan beliau
lebih memadukan antara tasawuf dan psikologi sebagai bagian pembentukan
kepribadian yang sehat dunia akherat. Antara lain konsepsi ”an-nafs, al-ruh,
al-`aql, dan al- qalb” menjadi dasar utama kajian psikologis. Karya tulisnya
sangat banyak.
2.
Ibn Sina 980-1037. Beliau dengan nama lengkap Abu Ali al Husayn bin Abdullah
bin Sina (orang barat menyebut Avicenna) dilahirkan di Afsyana, dekat Bukhara
yang saat ini di sekitar Uzbekhistan. Disamping mengkaji bidang filsafat dan
Psikologi, beliau juga pakar dalam bidang ilmu-ilmu ke-Islaman dan kedokteran.
Tidak kurang dari 450 buku karya tulis yang menjadi referensi kemajuan ilmu dan
teknologi de era Eropa dan moderen. Diantara kitab beliau yang terkait dengan
Psikologi adalah Ahwal An Nafs.
3.
Al Ghazali 450-505 h. Beliau memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al Tusi Al Ghazali. Di dunia barat sering disebut dengan nama Algazel.
Terlahir di kampung Ghazalah, kota Tus di daerah Khurasan yang saat ini di
daerah Iran. Hidup di era Daulah Khilafah Abbasiyah, beliau ahli dalam berbagai
tsaqafah antara lain sejak dari ilmu fiqih, ushul fiqih hingga tasawuf dan
psikologi. Dalam ranah Psikologi, justru banyak sekali ilmuwan saat ini yang
mengambil referensi dari pemikiran Al Ghazali ini. Jika disimpulkan beliau
lebih memadukan antara tasawuf dan psikologi sebagai bagian pembentukan
kepribadian yang sehat dunia akherat. Antara lain konsepsi ”an-nafs, al-ruh,
al-`aql, dan al- qalb” menjadi dasar utama kajian psikologis. Karya tulisnya
sangat banyak. Bahkan dalam suatu sumber dikatakan bahwa beliau menulis hingga
300 buah kitab yang banyak dijadikan referensi pemikir dari barat. Buku yang
paling terkenal adalah Ihya’ Ulumuddin. Sedang buku-buku lainya antara lain
al-Munqidz min al-Dhalal, Tahafut al-Falasifah, Minhaj al-Abidin, Qawa’id
al-Aqaid, al-Mustashfa min ’Ilm al-Ushul, Mizan al-’Amal, Misykat al-Anwar,
Kimia al-Sa’adah, al-Wajiz, Syifa al-Ghalil, dan al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat
al-Mulk.
4.
Ibn Qayyim Al Jauziyah (1292-1350m). Beliau memiliki nama lengkap Abu ‘Abdillah
Syams al-Din Muhammad ibn Abi Bakr ibn Ayub Ibn Sa’ad ibn Harits ibn Makkiy
Zayn al-Din al-Zur’iy al-Dimsyqy. Tanah kelahiranya Damaskus, Syiria. Beliau
adalah ilmuwan yang cemerlang menguasai banyak keilmuan antara lain ilmu
tafsir, hadits, fiqih, qulub, tasawuf, Psikologi dan Pendidikan dan Psikiatri.
Dalam masalah Psikologi dan pendidikan, beliau telah mengkaji sejak dari fase
janin (preconception), hingga lahir, dewasa hingga post kehidupan, sebuah
perjalanan di hari pembalasan. Dengan itulah banyak kalangan menyebut bahwa
beliau adalah pakar psiko-religius. Praktek psikiatri ditempuh dengan
mengkonvergensikan antara tasawuf dan psikologis. Hingga dengan demikian
pemikir barat menjadikan keilmuanya sebagai rujukan. Karya-karya kitabnya luar
biasa yang tidak bisa disebutkan disini. Kami sangat silau dengan banyak
karyanya, kedalaman ilmunya serta ketaqwaanya.
5.
Al Kindi Lahir 185 h/801 m. Beliau memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin
Ishaq al-Kindi. Lahir di Kufah, Irak. Beliau anak seorang gubernur di Kufah
pada masa kekhilafahan Abbasiyah, sejak dari khalifah al-Amin (809-813),
al-Ma`mun (813-833), al-Mu’tashim (833-842), al-Watsiq (842-847), dan
al-Mutawakkil (847-861). Secara umum beliau memiliki keahlian dalam sejumlah bahasa
termasuk penerjemah bahasa Yunani, ahli kedokteran, astronomi, matematika,
filsafat dan pengembangan psikologi. Dalam pandangan psikologi lebih mengarah
pada Plato daripada Aristoteles. Al Kindi mengangap psiko memiliki tiga daya.
Pertama, Al Quwah Al Aqliyah (daya jiwa berakal); Kedua, Al Quwwah
Asy-syahwaniyyah (daya jiwa nafsu); Ketiga, Al Quwwah Al Ghadlabiyyah (daya
jiwa amarah).
6.
Al Farabi (w.339/950). Nama lengkap beliau adalah Abu An-Nashr Muhammad Al
Farabi. Beliau adalah seorang yang jenius dengan menguasai setidaknya lima
bahasa. Disiplin ilmu yang dikuasai antara lain kedokteran, kimia, matematika,
musik, filsafat dan dasar-dasar psikologi. Khusus terhadap kajian psikologi,
beliau lebih mengarah pada tataran perilaku moral dengan menggabungkan antara
filsafat dan syariat.
7.
Ibn Khaldun (w.808/1406). Dalam uraian sejarah yang panjang, beliau ahli dalam
sejumlah disiplin ilmu pengetahuan. Namun dalam konteks ilmu perilaku beliau
sering disebut dengan bapak Sosiologi di dunia Islam yang lebih mendahului
Augus Comte seorang sosiolog dari dunia barat. Dalam dunia Psikologi lebih
mengarah pada kajian psikologi sosial. Kitab beliau yang paling terkenal hingga
hari ini adalah Al Muqaddimah.
8.
Al Tabari 838-870. Nama lengkapnya adalah Abu al Hasan bin Sahl al Tabari.
Beliau adalah Ilmuwan muslim pada abad kesembilan di era kekhilafahan Abbasiyah
yakni Mu’tashim Billah (833-842) dan Mutawakkil Billah (847-861). Beliau
seorang ahli dalam banyak disiplin keilmuan antara lain disamping tsaqafah
Islam juga ilmu kedokteran, fisika, dan Psikologi. Beliau menulis kitab yang
sangat masyhur yakni Firdaus Al Hikmah. Kitab-kitab lain yang beliau tulis
antara lain Hafzh Al Sihhah; Tuhfat Al Mulk; Al Ruqa’; Al Hijamah. Dalam ranah
Psikologi, beliau termasuk pioner yang mengusung ilmu kesehatan anak dan bidang
pertumbuhan anak. Kehebatan Al Tabari diakui oleh Amber Haque dalam bukunya
yang berjudul Psychology from Islamic Perspective and Chalangges to
Contamporary Muslim Psychologist.
Jika disimpulkan, Psikologi Islam
sebagai sebuah ilmu perilaku manusia muncul dalam bentuk kajian dan penulisan
dalam kitab atau buku adalah seiring dengan tumbuh berkembangnya ilmu-ilmu
ke-Islaman itu sendiri. Tentu saja acuan utamanya adalah Al Quran dan Al Hadits.
Hanya saja terdapat catatan yang sangat penting digaris bawahi, yakni era
keemasan Islam bersama tumbuh kembang Psikologi menjadi berhenti seiring dengan
berakhirnya kekuasaan ideologi Islam dalam sebuah entitas negara Khilafah
Islamiyah. Bisa dibayangkan, bahwa seorang cendikiawan besar dan sekaligus
pengembang Psikologi Islam, Ibn Qayyim Al Jauziyah yang masih melahirkan
karya-karya luar biasa, sebenarnya beliau hidup pada era yang disebut Al
Qaffal (gembok) yakni masa kemandegan dari pintu ijtihad yang
terjadi pada kekhilafahan Turki Utsmani.
Di tengah masa keemasan Islam, ratusan tahun terakhir ketika itu, bangsa-bangsa
barat termasuk entitas negara-negara berideologikan Kapitalis dan Sosialis
senantiasa menggerogoti untuk menghancurkan ideologi Islam. Perjalanan fakta
sejarah terlalu panjang jika dituliskan. Hingga pada puncaknya, ketika entitas
ideologi Islam sudah sekarat, terjadi perang dunia I dan II dimana terjadi
perebutan pengaruh antara ideologi Kapitalisme Amerika dan sekutunya melawan
ideologi Uni Sovyet Sosialis Komunis. Ideologi Islam dengan sistem Khilafahnya
terseret-seret akhirnya hancur di tangan Jendral Musthofa Kemal, anthek
Inggeris keturunan Yahudi Duhama.
Psikologi Barat
Jika ditelusuri dari banyak literatur, Psikologi barat mengambil start dari
pemikiran filosof Yunani kuno antara lain Plato (427 SM – 347 SM);
Aristoteles (Stagira, Macedonia, 384 SM); Socrates (adalah filsuf dari Athena,
Yunani 470 SM - 399 SM). Di era tersebut juga berkembang filsafat Persia dan
India. Selanjutnya dalam perjalanan panjang menuju Psikologi di era Kekaisaran
Romawi (yang bermuatan trinitas Kristen, x=3x , dari pro hingga kontra
gereja) dan Persia (yang bermuatan majusi, berketuhanan api dan
Zoroaster dengan dewa-dewanya) hingga sampailah abad pertengahan. Pada era
tersebut, Psikologi dikategorikan dengan fase filsafat dan semu hingga datang
masa transisi yang disebut dengan masa renaisan.
Beberapa tokoh pada era ini antara lain : Rene Descartes (La Have, Perancis,
31 Maret 1596 - meninggal di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650); Gottfried
Wilhelm von Leibnitz (1646 – 1716); Thomas Hobbes (1588 – 1679); John Locke
(1632-1704); dan George Berkeley (1685 – 1753).
Pada era Post renaisan, Psikologi meski belum masuk pada ranah definisi ilmu
yang ilmiah, dapat digambarkan pada fase berdiri di depan pintu ilmiah. Pada
masa tersebut ada yang disebut dengan natural science dan modern science.
Terutama sekali pada era ini banyak berkembang Psikologi yang berbasis faali (Physiological
Psychology), dimana kondisi-kondisi fisik manausia secara ansich
sebagai indikator psikologis. Pada akhirnya masuklah pada abad 19, Psikologi
semakin mendekati ranah ilmu yang terkategori ilmiah, independen. Selangkah
lagi Psikologi akan dinyatakan sebagai ilmu yang independen adalah saat dimulai
adanya eksperimen oleh Thomas Galton (1822 – 1911) sebagai kelanjutan dari
pemikiran evolusi manusia oleh Charles Darwin (1809-1882). Akhirnya, Psikologi
betul-betul dinyatakan sebagai ilmu yang mandiri ditandai dengan lounching
dari Wilhem Wundt atas keberhasilanya melakukan kajian dan eksperimental
perilaku kejiwaan yang dilakukan di laboratrium Psychological Institute -
Universitas Leipzig – Jerman pada tahun 1879.
Beberapa tahun kemudian memasuki abad 20 munculah berbagai madzhab atau aliran
Psikologi dengan berbagai derivatnya. Aliran tersebut antara lain Fungsionalisme,
Behaviorisme, Psikoanalism. Bahkan terdapat lagi aliran Strukturalism, Gestalt,
Fenomenologism, Humanism, Eksistensialism. Pergerakan dan perkembanagn
Psikologi pada abad 20 tersebut demikian sangat cepat termasuk ke negara-negara
Eropa sendiri, benua Amerika, Australia, Afrika, Asia termasuk Indonesia.
Selanjutnya, sebagaimana diuraikan di atas bahwa seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya ideologi dan Psikologi, maka berkembang pula Psikologi yang
berbasis Kapitalisme dan Sosialisme Komunisme.
Psikologi yang berkembang dengan basis ideologi Kapitalisme ditandai dengan
prinsip-prinsip individualistik dan humanistik yang mengarah pada nilai-nilai
kebebasan (freedom). Terdapat empat pilar kebebasan itu yakni bebas
bertingkah laku, bebas berpendapat, bebas beragama, bebas dalam kepemilikan.
Diantara mereka antara lain adalah Abraham Maslow (1908-1970) adalah Psikolog
darah Yahudi berkelahiran Amerika pendiri Humanistic Psychology dengan
teorinya yang terkenal yakni Hierarchy of Need yang dideklarasikan pada
tahun 1970. Teori tersebut secara filosofis dan praktis berjalan seiring dengan
teori ekonomi Adam Smith tentang nilai individualism-kapitalisme.
Demikian halnya, Erich Fromm juga seorang Psikolog yang berlatar belakang
humanism kapitalisme. Dalam bukunya The Art of Loving, terlebih lagi
bukunya Escape from Freedom (terbit edisi pertama 1941) dengan tegas
mengusung nilai perilaku kebebasan, freedom to choice, freedom to behaviour.
Selanjutnya, Psikologi yang berbasis sosialisme komunisme (atheism)
lebih tampak pada aliran Behaviorisme dan Psikoanalisis. Para pakar di bidang
Behaviorisme antara lain Burrhuss Frederic (BF) Skinner, Charles Darwin,
Clark Hull, Edward Thorndike, John B. Watson, John Dollard, Near Miller, dsb.
Teori Behaviorisme pada prinsipnya, tingkah laku manusia dikendalikan oleh SR (Stimulus
Respon). Walaupun banyak diaplikasikan dalam Psikologi Pendidikan, namun
prinsip dasarnya adalah manusia sebagai makhluk yang kering dan eksternalisme.
Bisa diambil contoh, bahwa dalam pandangan Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
yang terlahir di Rusia, sebuah negara bagian Uni Sovyet dan sekaligus dosen di
Institute Fisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia menyimpulkan
bahwa perilaku manusia dapat dinisbahkan berdasarkan hasil eksperimen terhadap
binatang (anjing).
Demikian halnya, Sigmund Freud (1856-1939) seorang pioneer psikoanalisis
berdarah Yahudi Jerman adalah seorang yang atheis. Freud berpendapat bahwa
bertuhan merupakan bentuk jiwa kekanak-kanakan yang dibawa hingga dewasa.
Berdoa hanya merupakan bagian dari hayalan dalam kehidupan, persis teringat
ketika masa kanak-kanak meminta pada ayahnya. Demikian halnya, Freud dalam
teorinya menolak keberadaan ruh dan senantiasa meyakinkan bahwa energi
kehidupan manusia adalah dorongan seksual, bukan yang lain. Bahkan sepanjang
hidup manusia hanya didasari dan didorong oleh insting seksual belaka.
Saatnya Psikologi Islam Memimpin
Dunia
Ketika Islam menjadi negara super power dalam entitas negara Khilafah Islamiyah
selama kurang lebih 13 abad telah menaungi dunia ummat manusia dalam kebaikan.
Psikologi yang berbasis Islam telah menjadi bagian penting untuk menciptakan
perdaiaman dunia. Jika seseorang jujur dengan diri sendiri, maka justru
ketika Khilafah jatuh dan yang berkuasa saat ini adalah Ideologi Kapitalisme
ataupun juga sisa pemikiran Sosialisme Komunisme maka kerusakan dunia demikian
dahsyat.
Kini kehancuran perilaku manusia dan lingkunganya menjadi luar biasa perihnya
yang tidak pernah terbayangkan. Dimana-mana kita melihat manusia yang
mengidap gangguan jiwa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penguasa
dunia, gembong Kapitalisme telah membunuhi jutaan manusia hanya karena merebut
sumber daya alamnya. Para pemimpin negara melakukan pembunuhan rakyatnya,
korupsi, kolusi, pembohongan publik, serakah terhadap rakyat, merupakan contoh
para pemimpin sudah mengalami gangguan jiwa. Demikian halnya banyak masyarakat
yang stress, depresi, bunuh diri, melakukan teror pengeboman, tawuran antar
masyarakat dan pelajar, perzinahan, penyakit seksual, perselingkuhan, narkoba,
dan sebagainya merupakan bagian dari masyarakat yang sakit jiwa.
Sementara itu dalam perkembangan masyarakat kontemporer saat ini, Psikologi
Islam mampu menjawab seluruh problematika kehidupan dalam ranah manapun dan
dimanapun. Terhadap konsepsi sistem manajemen modern termasuk pengelolaan SDM
dan sistem manajemen pengendalian mutu, serta pengelolaan human capital—maka
Psikologi Islam mampu menjamin berdasarkan Standar Manajemen Mutu Internasional
yakni Al Qur’an dan Al Hadits.
Itulah kiranya sebuah bukti bahwa sistem ideologi selain Islam yang ada di
dalamnya bangunan pemikiran Psikologi telah terbukti gagal membawa masyarakat
yang berjiwa sehat. Justru banyak warga masyarakat dunia yang menjadi sakit
dan pesakitan. Padahal, Islam telah membuktikan selama hampir 13 abad tidak
pernah terjadi malapetaka dunia sekejam ini. Bahkan selama Islam menjadi
ideologi dunia memang terjadi riak konflik kekuasaan namun terhadap rakyatnya
masih menyayangi dan melindungi baik warga negara muslim ataupun non-muslim.
Itulah kiranya, saatnya Psikologi Islam bersama ideologinya memimpin dunia.
Wallahu a’lam.
Oleh : BAITUROKHIM
Search
