Koperasi Serba Usaha Mahasiswa Mandiri Berbasis Islami Cimahi - Bandung, Jawa Barat. Indonesia Buka pada jam 08.00am-18.00pm
Selamat datang di Koperasi Serba Usaha Mahasiswa Mandiri. Salam sejahtera dari kami.
On 01.44 by Unknown
Hey...! Pernahkah kita berfikir sejenak ttg Hidup kita ini? Kenapa kita dilahirkan? Kenapa kita hidup seperti sekarang ini? Dan pernahkah terfikir ingin merubahnya menjadi lebih baik?
Hahahahaha..., kesibukkan hidup (realita) memaksa kita utk tidak ambil pusing memikirkannya. Tapi believe it or Not, pertanyaan-pertanyaan itu, selain penting, juga akan sangat menentukan nilai kita saat ini & masa depan kita.
Kita tidak pernah minta kpd siapa pun --termasuk orang tua- agar kita hidup; Menjadi seperti kita yg sekarang ini. Tampang, fisik, tempat tinggal, suku, bangsa, suku, bahasa, bahkan agama. Siapa diantara kita yg ingin pas lahirnya jadi org kaya atau org miskin? Siapa diantara kita yg ketika itu meminta agar dilahirkan berparas cakep atau sebaliknya? Siapadiantara kita yg pernah meminta lahir, hidup terus hingga azal tiba dlm keadaan bahagia sepanjang hayatnya atau meminta agar sebelum lahir langsung meninggal di dalam rahim ibunya? Tahu-tahu kita hidup saja disini, seperti ini dgn nasib kita masing-masing yg telah ditentukan.
Naif memang bila kita larut dlm ratapan, menyesali nasib kita saat ini, bila kenyataannya "buruk" (tidak sesuai keinginan). Tampang pas-pas'an, fisik lemah, ekonomi sulit, tingkat pendidikan & derajat rendah dsb, sehingga menyebabkan kita menerima begitu saja keadaan ini & menyerah. Atau beranggapan Tuhan tidak adil & merasa dendam terhadap setiap org yg kondisinya berbeda (lebih baik). Naif juga bila kita silaf dalam kesombongan, mengingat derajat, martabat, kedudukan / pangkat, harta berlebih yg ada dirasa bisa mensupport segala keinginan --termasuk menguasai & menindas org-org lemah disekitar kita-. Ketahuilah, kalau berbicara "keburukan", seburuk apa pun keadaan (nasib) kita saat ini, masih ada yg lebih "buruk" dari kita. Dan kalau berbicara "kebaikan"; tidak ada orang yg paling kaya & berkuasa di dunia ini.   
Ketahuilah kondisi riil kita saat ini rata-rata (sebagian besar) adalah "WARISAN" dari orang tua kita. Mereka lah yg menurunkannya kepada kita, baik hal-hal yg bersifat genetik maupun yg non-genetik. Kecuali hal-hal yg bisa diperbaiki ketika kita telah memiliki kemauan & kemampuan. Itu artinya, NASIB BISA DIRUBAH. Apa-apa yg mungkin bisa dirubah, selama masih ada kemauan, kemampuan & kesempatan, maka tidak mustahil utk dirubah. Orang miskin bisa jadi kaya atau orang kaya bila mau miskin, tidak ada melarang. Tidak terkecuali Jodoh. Tidak mesti pezina mesti menikah dgn pezina. Dia bisa menikah dgn mu'minah yg soleh bila dia mau & benar-benar berubah (tobat). Percaya atau tidak, bahkan kondisi kematian (husnul khotimah / su'ul khotimah) pun bisa dirubah; hanya masalah waktu & caranya. Dan terakhir, masalah syurga atau neraka, kita lah yg memilihnya. 

PERUBAHAN yg kita upayakan tentu bukan proses sekali jadi atau semudah membalikkan telapak tangan. Ia adalah perjalanan "maha" panjang & melelahkan; dibutuhkan kesiapan yg sangat matang utk menjalaninya, karena serangkaian resiko yg akan kita hadapi pun telah siap menguji kesungguhan kita. Celakanya, kita tidak ada yg tau secara persis (100%) resiko-resiko itu, selain berbekal pengalaman dari org-org yg telah mengalaminya & pengetahuan sebatas prediksi (estimasi). Disinilah TANTANGANNYA
Layaknya seseorang yg sedang menjalani Survival, sepertiitulah gambaran kehidupan yg akan kita jalani dlm perubahan ini. Hanya dengan perbekalan seadanya & peralatan yg sederhana, kita harus melintasi bentang alam yg sangat luas utk mencapai tujuan yg diinginkan. Hutan belantara yg masih perawan & dihuni lusinan hewan liar yg diantaranya masih buas. Lintah, Ular berbisa, kalajengking, harimau, beruang, anjing hutan, dsb. Belum lagi mitos akan keberadaan mahluk-mahluk halus (jin) penghuni tempat itu yg katanya sering memakan korban. Selamat dari hutan, perjalanan masih harus diteruskan melintasi rawa yg lengkap dgn lumpur hisap & buayanya, kemudian sungai lengkap dgn jeram & piranhanya, danau lengkap dgn monster-monster penghuninya & etape pertama berakhir di tepian pantai.
Kita tidak boleh berhenti disini kecuali sekadar melepas rasa lelah. Perjalanan masih jauh, lautan yg luas membentang dihadapan harus kita arungi. Tentu tantangnnya kali ini akan jauh lebih berat dari sebelumnya. Air asin yg sangat dalam & tidak boleh diminum menjadi tantangan pertama. Ancaman dehidrasi oleh rasa haus & sengatan matahari yg mematikan menjadi tantangan kedua. Berbagai binatang buas khas lautan lepas, seperti Hiu, ubur-ubur, ular, bahkan paus menjadi tantangan ketiga. Dan terakhir amukan badai bahkan Tsunami yg menciptakan gelombang ombak yg mematikan menjadi tantangan terakhir yg harus ditaklukan pada etape kedua ini.
Selamat dari lautan yg ganas, lautan padang pasir yg membentang harus ditaklukan. Sama halnya dgn lautan, gurun pasir sifat & mekanisme penyiksaannya sejenis. Persediaan air sangat minim, bahkan bisa tidak dapat ditemukan bila kita tidak pandai mencarinya. Berhubung luasnya gurun itu & tidak diketahui pastinya letak oase-oase yg tersedia. Fatamorgana menjadi tantangan tersendiri yg mematikan & jarang orang selamat darinya. Disangka air, dikeja-kejar dgn pengejaran yg menhabiskan energi, ternyata lenyap. Malah kita semakin jauh dari oase & dari tujuan semula. Bisa kembali saja ke trek semula (yg benar), itu sudah merupakan keuntungan besar. Sedangkan menemukan oase itu bonus & Selamat dari badai gurun yg ganas serta binatang buasnya, itu merupakan anugerah terbesar.
Lepas dari tantangan ketiga, tantangan terakhir berupa pegunungan tinggi bak tembok raksasa yg terjal siap menghadang & menyediakan mekanisme "penyiksaan" yg unik. Semakin tinggi kita mendaki gunung itu, hembusan angin sampingnya akan semakin kuat. Ketinggian yg bertolak belakang dgn gaya gravitasi, bebatuan keras &  terjal, kadar oksigen yg semakin menipis & hawa dingin yg menusuk hingga tulang sum-sum serta timbunan es di puncak akan menjadi pelajaran yg sangat berharga sekaligus merontokkan mental.               
Namun percayalah, bahwa perjalanan hidup (upaya kita mengubah / memperbaiki nasib) ini seluruhnya adalah PETUALANGAN YANG MENDIDIK. Setiap langkah kaki, setiap helaan nafas, setiap peluh, darah & setiap perasaan cemas serta harap yg ditimbulkannya mendidik mental kita utk tidak mengeluh& setiap resiko (ujian) yg dilalui mendidik fisik kita, selain menjadi lebih kuat, juga kita terbiasa & profesional menghadapinya. Dua kekuatan inilah yg akan menjadi teman setia kita hingga akhirnya kita mencapai tujuan yg diharapkan. Yaitu kebanggaan, kepuasan, kesenangan, kebahagian & Jaminan keselamatan yg hakiki.
So, DEMI SEBUAH PERUBAHAN... Siapa takut..!!! ^_^}V


oleh Kang Abdi Wahyudi pada 18 Mei 2011 pukul 8:53 ·