On 01.28 by Unknown
"Maaf
mas..., tolong matikan Rokoknya; ngga enak, kasian sama bayi & org tua
disekeliling kita..!!!" Seruku. "Kamu Muhammadiyyah ya...!? Emang
kamu siapa; MUI..? Koq brani-braninya nglarang saya merokok. Terserah saya
donk. Duit-duit saya. Paru-paru saya...". Kontan; mendengar umpatan org
itu, kedua telingaku memerah dan terasa panas. Detak jantung mengencang. Darah
rasanya sampai ke ubun-ubun. Tapi...; "Mmm.., bukan begitu mas; orang lain
pun punya hak sehat. Pasalnya bukan mas saja yg bisa terkena penyakit
paru-paru. Orang lain pun...". "Aah...,sudah diam; terserah
gua..!!!". "begini aja mas; kalo mas keberatan, saya ganti batang
rokok yg mas hisap dgn uang; gimana..?". Karena merasa malu dilihat orang
se angkot keor, akhirnya pria itu luluh. "Baiklah...". "Ini
mas..." ku rogoh selembar uang 1000 rupiah utk mengganti sebatang rokok
(234)yg baru dihisapnya tsb. Namun merasa kesal, pria itu tak melirikku
sedikitpun, tapi uang yg kusodorkan disambarnya juga. Rokok yg sedikit masih
utuhnya tsb dia padamkan ke jendela angkot, lalu dilemparnya ke lantai, trus
diinjaknya dgn kesal. "Kiri...kiri...kiri...!!!". Pria itu pun
berlalu.
Sejenak aku merasa telah menjadi "pahlawan kesiangan" di angkot. Apalagi ketika kutau tatapan mata seisi angkot kini tertuju padaku. "Heheh..". Aku hanya bisa membalas mereka dgn senyuman. Malu campur risih juga sih sebnernya. Pasalnya,gimana kalau aku dicap Muhammadiyah (padahal kan ngga ada urusan antara Muhammadiyyah sama etika dlm angkot). Tapi parahnya. gimana kalau diantara mereka ada yg malah takut padaku, karena disangkanya aku ini terroris karena keras kpda kemunkaran. "Ah... Biarlah; yg penting 'amar ma'ruf nahi munkar telah kujalankan". Gumamku.
Sejenak aku pun tertegun melihat puntung rokok yg tidak berdaya yg kini rupanya tidak utuh lagi setelah diinjak mantan pemiliknya karena dianggapnya tiada bermanfaat lagi. "Aduhai..., malang benar nasibmu wahai puntung. Masih muda... eh.. masih utuh koq sudah hancur begitu.. ckckckck...". Gumamku lagi. Tapi tentu saja tanpa lelehan air mata.
Semakin kutatap puntung itu, hayalanku menerawang. Berkelana tak tentu arah. Sampai-sampai mampir ke Gedung MPR DPR. Betapa tidak; bisa-bisa hanya masalah sebatang rokok saja bisa diributkan sedemikian rupa. Wah wah... kebayang kalau yg dipermasalahkan (jadi isu sentral)nya bukan Syari'at Islam yg jauh lebih besar dan kompleks. Ngga kebayang berapa lama waktu yg akan terbuang percuma, berapa miliar uang yg akan dihambur-hamburkan, dan tentu saja... berapa orang yg harus jadi korban karena polemik yg akan ditimbulkannya.
Pikirku..., pantesan 25 M kemaren ngaa beres-beres. Belum lagi 6,7 T yg sempet heboh sebelumnya. Wah... mau jadi apa bangsa ini...???
Sejenak aku merasa telah menjadi "pahlawan kesiangan" di angkot. Apalagi ketika kutau tatapan mata seisi angkot kini tertuju padaku. "Heheh..". Aku hanya bisa membalas mereka dgn senyuman. Malu campur risih juga sih sebnernya. Pasalnya,gimana kalau aku dicap Muhammadiyah (padahal kan ngga ada urusan antara Muhammadiyyah sama etika dlm angkot). Tapi parahnya. gimana kalau diantara mereka ada yg malah takut padaku, karena disangkanya aku ini terroris karena keras kpda kemunkaran. "Ah... Biarlah; yg penting 'amar ma'ruf nahi munkar telah kujalankan". Gumamku.
Sejenak aku pun tertegun melihat puntung rokok yg tidak berdaya yg kini rupanya tidak utuh lagi setelah diinjak mantan pemiliknya karena dianggapnya tiada bermanfaat lagi. "Aduhai..., malang benar nasibmu wahai puntung. Masih muda... eh.. masih utuh koq sudah hancur begitu.. ckckckck...". Gumamku lagi. Tapi tentu saja tanpa lelehan air mata.
Semakin kutatap puntung itu, hayalanku menerawang. Berkelana tak tentu arah. Sampai-sampai mampir ke Gedung MPR DPR. Betapa tidak; bisa-bisa hanya masalah sebatang rokok saja bisa diributkan sedemikian rupa. Wah wah... kebayang kalau yg dipermasalahkan (jadi isu sentral)nya bukan Syari'at Islam yg jauh lebih besar dan kompleks. Ngga kebayang berapa lama waktu yg akan terbuang percuma, berapa miliar uang yg akan dihambur-hamburkan, dan tentu saja... berapa orang yg harus jadi korban karena polemik yg akan ditimbulkannya.
Pikirku..., pantesan 25 M kemaren ngaa beres-beres. Belum lagi 6,7 T yg sempet heboh sebelumnya. Wah... mau jadi apa bangsa ini...???
(tubikontinyu)